BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya setiap bahasa yang digunakan didunia ini memiliki variasi atau diferensiasi. Sebuah variasi dapat berwujud perbedaan ujaran seseorang dari waktu ke waktu maupun perbedaan yang terdapat dari suatu tempat ke tempat lain. Variasi-variasi tersebut akan memperlihatkan pola-pola tertentu yang disebabkan adanya pengaruh-pengaruh dari pola social ataupun yang disebabkan kedaerahan atau geografis. Variasi bahasa salah satunya.
Istilah dialek berasal dari kata Yunani dialeksis pada mulanya dipergunakan di Yunani dalam hubungannya dengan keadaan bahasanya. Di Yunani terdapat perbedaan-perbedaan kecil di dalam bahasa yang dipergunakan oleh pendukung-pendukungnya masing-masing. Tetapi sedemikian jauh hal tersebut tidak sampai menyebabkan mereka mempunyai bahasa yang berbeda. Perbedaan tersebut tidak mencegah mereka untuk secara keseluruhan merasa memiliki satu bahasa yang sama. Oleh karena itu, cirri utama dialek adalah perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan (Meillet dalam ayat Rohendi, 1983:1-2).
Pengertian dialek menurut Weijnen dkk (dalam Ayat Rohaedi 1983:1) jika disimpulkan adalam sistim kebahasaan yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk membedakannya dari masyarakat lain yang bertetangga yang mempergunakan sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya.
Menurut Meillet (dalam Ayat Rohaedi, 1983:2) dialek memiliki dua ciri yaitu: 1) dialek adalah seperangkat ujaran setempat yang berbeda-beda, yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, 2) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa.
Indonesia merupakan negara yang terdiri berbagai suku bangsa. Suku sunda termasuk didalamnya. Bahasa yang digunakan oleh suku sunda disebut bahasa sunda. Menurut Satjadibrata (1960) bahasa sunda mempunyai sembilan buah dialekyaitu dialek Bandung, Banten, Cianjur, Purwakarta, Cirebon, Kuningan, Sumedang, Garut, dan Ciamis. Dari kesembilan dialek tersebut yang dijadikan bahasa sunda lulugu adalah dialek Bandung yanr sering digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah.
Dari kesembilan dialek tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan yang dipengaruhi faktor geografis. Biasanya kecenderungan yang ada, apabila daerahnya berdekatan dialek yang digunakan relative sama. Namun pada prinsipnya setiap dialek mempunyai ciri khas masing-masing. Karena setiap bahasa yang mempunyai dialek, dialek tersebut digunakan untuk membedakannyadengan kelompok masyarakat yang lain.
Pada penelitian ini yang menjadi daerah penelitian adalah Kecamatan Padarincang yang terdiri dari 3 desa diantaranya yaitu Desa Padarincang, Desa Citasuk, dan Desa Ciomas. Alasan pemilihan Kecamatan Padarincang karena di Kecamatan ini hamper seluruh masyarakatnya mempunyai dua bahasa yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Berdasarkan hal itu pemupu ingin mengetahui sejauh mana perbedaan dan persamaan bahasa sunda yang digunakan di Kecamatan Padarincang dibandingkan dengan bahasa Jawa. Karena secara teori makin jauh tempat yang satu dengan tempat yang lain maka akan terdapat perbedaan yang disebabkan oleh faktor geografis dan faktor politik.
1.2 Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Telah peneliti kemukakan bahwa penggunaan bahasa sunda pada saat ini telah mengalami kegeseran. Hal ini ditandai dengan munculnya beberapa dialek bahasa Sunda diseluruh provinsi Banten. Di dasari oleh hal tersebut, peneliti merasa perlu diadakannya sebuah penelitian mengenai penggunaan bahasa Sunda dan Jawa dimasyarakat menurut daerah penggunannya. Daerah yang dijadikan sebagai tempat dalam penelitian ini adalah kecamatan Padarincang yang terdiri dari 3 desa, yaitu desa padarincang, desa Citasuk, desa Ciomas yang berada di kabupaten Serang, alasannya daerah ini memiliki kekhasan tersendiri dalam hal penggunaan bahasa Sunda dan Jawa dalam masyarakat.
Masalah yang ingin dimunculkan oleh peneliti dalam penelitian adalah mendapatkan penggambaran/deskripsi tentang bahasa Sunda dan bahasa Jawa dialek Serang, sehingga bisa didapatkan peta kosakata penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Jawa menurut dialek Serang.
1.2.2 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi batasan masalah adalah memperbandingkan kosakata dasar bahasa Indonesia menurut bahasa Sunda dan bahasa Jawa dialek Serang, kemudian ditentukan peta dan dialektometri dari segi kosa kata atau leksikon dialek Serang, di Kecamatan Padarincang yang meliputi tiga titik daerah pengamatan yaitu: Desa Padarincang, Desa Citasuk, dan Desa Ciomas.
1.2.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan pemetaan kekerabatan dari Desa Padarincang, Desa Citasuk, dan Desa Ciomas di kecamatan Padarincang?
2. Bagaimana bentuk-bentuk bahasa dari Desa Padarincang, Desa Citasuk, dan Desa Ciomas di kecamatan Padarincang?
3. Bagaimana bentuk pemetaan dialek bahasa sunda Desa Padarincang, Desa Citasuk, dan Desa Ciomas di kecamatan Padarincang?
4. Berapa ukuran statistik yang menunjukkan perbedaan dan persamaan dialek berdasarkan perhitungan menggunakan dialektometri?
1.3 Tujuan
-
Untuk mendeskripsikan pemetaan bahasa dari Kecamatan Padarincang yang dijadikan daerah pengamatan.
-
Untuk mendeskripsikan bentuk penggunaan bahasa dari setiap Kecamatan.
-
Untuk mendeskripsikan pemetaan dialek bahasa Sunda dan Jawa di kecamatan Padarincang.
-
Untuk mengetahui ukuran statistik yang menunjukkan perbedaan dan persamaan dialek berdasarkan perhitungan dengan menggunakan dialektometri.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah
-
Untuk memperkaya khasanah penelitian dialektologi , khusunya dalm pengembangan dan pembinaan bahasa daerah yang ada di Indonesia.
-
memberikan informasi tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan deskripsi keadaan umum daerah penelitian, keadaan kosakata di daerah penelitian, variasi unsure-unsur bahasa Sunda yang digunakan di kecamatan Padarincang.
-
memberikan informasi tentang peta unsur bahasa terutama unsur leksikal.
-
hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para peneliti lain yang ingin meneliti lebih mendalam tentang dialek bahasa Sunda dari aspek kebahasaan yang lain.
-
Untuk pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia.
1.5 Anggapan Dasar
-
Dialek di kecamatan Padarincang merupakan bagian bahasa Sunda.
-
Dialek adalah sistem kebahasan atau variasi yang digunakan oleh sekelompok pemakai bahasa.
-
Dialek disebut juga logat bahasa.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Batasan Dialek
Istilah dialek berasal dari bahasa Yunani dialektos pada mulanya dipergunakan disana dalam hubungannya dengan bahasanya. Di Yunani terdapat perbedaad-perbedaan kecil dalam bahasa yang dipergunakan oleh pendukung masing-masing, tetapi sedemikian jauh hal tersebut tidak menyebabkan mereka merasa mempunyai bahasa yang berbeda (Meillet, 1967:69). Perbedaan tersebut tidak mencegah mereka untuk secara keseluruhanmerasa memiliki satu bahasa yang sama. Oleh karena itu ciri utama dialek adalah perbedaan dalam kesatuan, kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan (Meillet, 1967:69)
Ada dua ciri lain yang dimiliki dialek,yaitu (1) dialek adalah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran yang berbeda dari bahasa yang sama, dan (2) dialek tidak harus mengambil semua ujaran dari sebuah bahasa (Meillet, 1967:69).
2.2 Pembeda Dialek
Secara garis besar dialek dapat dibedakan menjadi lima macam, kelima macam perbedaan itu adalah:
1. Perbedaan fonetik (Guairaud, 1970:12). Perbadaan itu berada di bidang fonologi, dan biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut.
2. Perbedaan semantic, yaitu terciptanya kata-kata baru, berdasarkan perubahan fonologi dan geseran bentuk. Dalam peristiwa tersebut biasanya terjadi geseran makna.
3. Perbedaan onomasiologis yang menunjukan nama yang berbeda berdasarkan satu konsep yang diberikan di beberapa tempat yang berbeda (guirad, 1970:16). Menghadiri kenduri misalnya , di beberapa daerah BS tertentu biasanya disebut ondangan, kondangan, dan kaondangan , sedangkan di tempat lain disebut nyambungan.
4. pebedaan semasiologis yang merupakan kebalikan dari perbedaan onomasiologis yaitu pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda (Guatid, 1970:18)
5. Perbedaan morfologis yang dibatasi oleh adanya system tata bahasa yang bersangkutan, frekuensi morfem-morfem yang berbeda, kegunaan yang berkerabat, wujud fonetisnya, daya rasanya, dan sejumlah faktor lainnya lagi (Guarid, 1970:18)
Setiap bahasa dipergunkan di suatu daerah tertentu, dan lambat laun terbentuklah anasir kebahasaan yang berbeda-beda pula, seperti dalam lafal, tata bahasa, dan tata arti, dan setiap ragam mempergunakan salah satu bentuk khusus(Ayat Rohaedi, 1983:3)
Pada tingkat dialek, perbedaan tersebut secara garis besar dibagi menjadi lima macam, namun pada penelitian dialektologi tinkat kecamatan hanya mengambil empat perbedaan dialek. Adapun empat pembeda dialek tersebut antara lain:
1. Perbedaan fonetis
Perbedaan ini berada di bidang fonologi, dan biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut. Adapun perbedan fonetik dalam penelitian dialektologi di empat kecamatan hanya memerlukan sedikit pembeda fonetik. Seperti tampak pada beberapa contoh di bawah ini:
Kamar [k a m a r] dengan kamer [k a m e r]
Bintang [bi n t a n g] dengan bentang [b e n t a n g]
Benih [b e n i h] dengan binih [b i n i h]
2. Perbedaan semantik
Perbedaan semantik yaitu dengan terciptanya kata-kata baru, berdasarkan perubahan fonologi dan geseran bentuk. Dalam peristiwa tersebut biasanya terjadi geseran makna kata itu. Geseran tersebut bertalian dengan dua corak yang menentukannya, yaitu:
2. 1 Pemberian nama yang berbeda pada tempat yang berbeda. Geseran corak ini pada umumnya dikenal dengan istilah sinonim, padanan kata, atau sama waktu.
2. 2 Pemberian nama yang sama untuk hal yang berbeda di beberapa tempat yang berbeda. Misalnya calingcing untuk ‘calincing’ dan ‘belembing’, dan meri untuk ‘itik’ dan ‘anak itik’. Geseran in dikenal sebagai homonimi.
3. Perbedaan morfologi
Perbedaan morfologis yang dibatasi oleh adanya system tata bahasa yang bersangkutan, oleh frekuensi morfem-morfem yang berbeda, oleh kegunaanya yang berkerabat, oleh wujud fonestisnya, daya rasanya, dan oleh sejumlah faktor lainnya (Guarid dalam Ayat rohaedi, 1983:5)
Semua hal tersebut menunjang pemahaman lahirnya suatu inovasi. Oleh karena itu, dalam inovasi bahasa, haruslah dibedakan adanya dua tahap yaitu penciptaan yang sifatnya perseorangan dan penerimaan dalam masyarakat bahasa yang merupakan suatu kenyataan sosial.
2.3 Isoglos, Heteroglos, atau Watas Kata
Perkembangan suatu bahasa atau dialek sangat tergantungkepada sejarah daerah yang bersangkutan (Guarid, 1970:19). Untuk menguji kebenaran anggapan tersebut, para ahli berhasil menemukan alat Bantu yang sangat penting artinya dalam usaha memperjelas persoalan ini. Alan Bantu ini disebut isoglos atau watas kata, yaitu garis yang memisahkan dua lingkungan dialek atau bahasa berdasarkan wujud atau system kedua lingkungan yang berbeda, yang dinyatakan dalam peta bahasa (Dubois, 1973:270). Garis wasta kata itu kadang disebut heteroglos (kurath, 1972:24). Oleh karena itu, untuk memperoleh gambaran yang benar mengenai batas-batas dialek, harus dibuat watas kata yang merangkum segala segi kebahasaan (fonologi, semantik, leksikal, dan sintaksis).
2.4 Dialektometri
Dialektometri ialah ukuran secara statistik yang dipergunakan untuk melihat berapa jauh perbedaan dan persamaan yang terdapat di tempat-tempat yang diteliti dengan membandingkan sejumlah bahan yang terkumpul dari tempat yang diteliti tersebut.
Dialektometri untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh ahli ilmu bahasa E. Bagby Atwood pada tahun 1995, sedangkan istilahnya dialectomettrie diperkenalkan oleh Jean Seguy. Teori itu kemudian dikembangkan oleh Louis Remacle dan sekarang telah banyak diterapkan untuk penelitian geografi dialek di negara Perancis dan sekitarnya.
Anasir bahasa yang diperbandingkan antar tempat itu adalah anasir fonologi, morfologi, kosakata, sintaksis, morfosintaksis, dan morfonologi. Agar perhitungan lebih mudah dari setiap anasir disiapkan 100 buah peta. Dengan memperhitungkan jumlah bedanya masing-masing yang dikalikan dengan 100 lalu dibagi jumlah nyata peta yang dibandingkan, dengan rumus sederhana . maka diperoleh persentasi jarak antara dialek tersebut. Berdasarkan rumus tersebut maka perbedaan yang lebih dari 80 % dianggap perbedaan bahasa, 51 – 80 % dianggap perbedaan dialek, 31 – 50 % dianggap perbedaan subdialek, 21 – 30 % dianggap perbedaan wicara atau parler, sedangkan perbedaan yang kurang dari 20 % dianggap tidak ada perbedaan.
BAB 3
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Kota Serang hampir pasti menjadi kota otonom baru di daerah Propinsi Banten, karena DPR RI akan mengesahkan RUU tentang Kota Serang dalam sidang paripurna, pekan depan. Kabar ini disambut gembira berbagai kalangan di Serang karena penantian kota Serang menjadi kota otonom tersendiri sudah berlangsung lama.
Serang, adalah ibukota Provinsi Banten, Indonesia. Kabupaten Serang juga merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten. Ibukotanya adalah Serang. Kabupaten ini berada di ujung barat laut Pulau Jawa, berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Tangerang di timur, Kabupaten Lebak di selatan, serta Kota Cilegon di barat.
Sejarah
Banten Lama yang terletak di Teluk Banten dulunya merupakan pusat Kesultanan Banten. Kawasan ini merupakan tempat dimana kapal-kapal Belanda
mendarat untuk pertama kalinya di Indonesia.
Geografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Serang berupa dataran rendah, kecuali di perbatasan dengan Kabupaten Pandeglang terdapat rangkaian pegunungan, dengan puncaknya Gunung Karang (1.778 m).
Pembagian administratif
Kabupaten Serang terdiri atas 32 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Serang, yang terletak 10 km dari pantai Teluk Banten.
Saat ini tengah dibahas pemekaran Kabupaten Serang menjadi Kota Serang dan Kabupaten Serang. Kecamatan yang akan tercakup dalam Kota Serang adalah Kecamatan Kota Serang, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Ciruas, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Taktakan, Kecamatan Curug, dan Kecamatan Kramatwatu.
Transportasi
Serang dilintasi jalan negara lintas Jakarta–Merak, serta dilintasi pula jalur kereta api lintas Jakarta-Merak. Posisi kabupaten ini sangat strategis, karena berada di jalur utama penghubung lintas Jawa-Sumatera. Pelabuhan Merak merupakan titik penyeberangan antara pulau Jawa dan Sumatera
Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Serang 1.786.000 (2003), sebagian besar tinggal di bagian utara. Bahasa yang dituturkan adalah Bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat di daerah selatan, serta Bahasa Jawa Dialek Banten, atau dikenal dengan Bahasa Jawa Serang yang kebanyakan digunakan di daerah pantai utara.
Hari jadi | – |
Bupati | Drs. H. Taufik Nuriman |
Wilayah | 1.734,095 km² |
Kecamatan | 32 |
Penduduk -Kepadatan |
1.669.119 jiwa (2001) 962,53/km² |
Suku bangsa | Sunda, Jawa Serang |
Bahasa | Indonesia, Sunda, Jawa Serang |
Agama | Mayoritas Islam |
Zona waktu | WIB |
Kode | 0254 |
Bahasa
Menurut sejarahnya, Dialek Banten mulai dituturkan di zaman Kesultanan Banten pada abad ke-16. Di zaman itu, bahasa Jawa yang diucapkan di Banten tiada bedanya dengan bahasa Jawa di Mataram. Namun, bahasa Jawa di Banten mulai terlihat bedanya, apa lagi daerah penuturannya dikelilingi daerah penuturan bahasa Sunda dan Betawi.
Dialek Banten atau Jawa Serang ini dituturkan di bagian utara Kabupaten Serang dan daerah barat Kabupaten Tangerang. Dialek ini dianggap sebagai dialek kuno juga banyak pengaruh bahasa Sunda dan Betawi.
Contoh :
-
Aja (dibaca aje) bribin! : Jangan membuat kisruh!
-
Sire arep mendhi? (sire itu kasar) : Kamu akan ke mana?
-
Mak lunga jeng Teh Toyah : Ibu pergi dengan Kak Toyah.
Diperoleh dari “http://id.wikipedia.org/wiki/Dialek_Banten“
Bahasa Jawa Serang adalah bahasa Jawa yang telah mengalami akulturasi dengan kebudayaan Sunda Banten. Sebagian besar bahasanya sama seperti bahasa Jawa aslinya namun kata-kata yang pada bahasa Jawa asli berakhiran ‘o’ pada bahasa Jawa Serang berakhiran ‘e’ (baca: seperti e pada kata “peti”) seperti akhiran pada bahasa Melayu/Malaysia. Misalnya kata “apa” yang dalam bahasa Jawa aslinya adalah “opo” menjadi “ape” pada bahasa Jawa Serang. Sebagian lagi merupakan bahasa Sunda Banten yang berbeda pula dengan Sunda Priangan.
Diperoleh dari “http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jawa_Serang“
Keadaan Geografis
1. Letak
Luas wilayah Kabupaten Serang 170.166 ha, terletak antara 5050I – 6021I Lintang Selatan dan 10507I – 106022I Bujur Timur dengan batas-batasnya :
-
Sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa
-
Sebelah Timur dibatasi oleh Kabupaten Tanggerang
-
Sebelah Barat dibatasi oleh Kota Cilegon dan Selat Sunda
-
Sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang
Secara administrasi Kabupaten Serang terbagi atas :
-
32 Wilayah Kecamatan
-
2 Perwakilan Kecamatan
-
349 Desa dan 20 Kelurahan
2. Ketinggian Tempat
Berdasarkan peta ( peta ketinggian ) wilayah kabupaten Serang dapat dikelompokan menjadi 6 kelompok yaitu :
-
Ketinggian 0 – 3 m dpl : 16.867 ha
-
Ketinggian 3 – 25 m dpl : 57.679 ha
-
Ketinggian 25 – 100 m dpl : 60.073 ha
-
Ketinggian 100 – 500 m dpl : 33.781 ha
-
Ketinggian 500 – 1000 m dpl : 2.390 ha
-
Ketinggian lebih dari 1000 m dpl : 590 ha
Ketinggian tempat tersebut apabila diklasifikasikan berdasarkan strata wilayah pembangunannya adalah seperti pada tabel 2 berikut :
Ketinggian tempat berdasarkan wilayah pembangunan
No. | WP | 0 – 3 | 3 – 25 | 25 – 100 | 100 – 500 | 500 – 1000 | >1000 | |||
1. 2. 3. 4. 5. |
Barat Selatan Timur Utara Tengah |
427 – – 14.000 2.43 |
4.812 2.320 30.311 14.249 5.987 |
3.713 23.896 22.142 1.350 8.972 |
3.720 27.391 80 – 2590 |
310 1.750 – – 330 |
– 590 – – – |
|||
* * * * * |
Serang Barat Serang Selatan Serang Timur Serang Utara Serang Tengah |
|
Keterangan : Satuan Ha
Sedangkan kedalaman efektif tanahnya adalah :
* * |
30 cm 30 – 60 cm 60 – 90 cm |
|
-
-
Jenis Tanah
-
Jenis tanah di kabupaten Serang secara kelompok besar terdiri dari 5 jenis yaitu : Alluvial, Regosol, Latosol, Glei dan Podsolik. Sedangkan spesifikasi dan sebarannya adalah sebagai berikut :
-
Alluvial kelabu tua dari bahan endapan liat di daerah aliran sungai terdapat di Kecamatan Pamarayan dan Kragilan.
-
Aluvial kelabu tua di daerah datar terdapat di Kecamatan Pontang, Kasemen, Kramatwatu dan Bojonegara.
-
Regosol kelabu kuning dan abu vulkanis masam terdapat di Kecamatan Mancak, Waringinkurung, Taktakan dan Cinangka
-
Latosol merah kuning dari tuff vulkan masam terdapat di Kecamatan Cinangka.
-
Assosiasi Glei humus dan Alluvial intermedier terdapat di Kacamatan Ciomas, Baros dan Pabuaran
-
Latosol coklat dan tuff vulkan intermedier terdapat di Kecamatan Padarincang
-
Podsolik merah kuning tuff vulkan masam terdapat di Kecamatan Cikeusal, Petir, Curug dan Taktakan.
-
Assosiasi Podsolik kuning dan Hidromorf kelabu dari bahan endapan terdapat di Kecamatan Serang, Cipocok Jaya, Ciruas, Walantaka, Kragilan, Cikande dan Pamarayan
-
Assosiasi Hidromorf kelabu tua dari bahan liat danpasir terdapat di Kecamatan Ciruas, Kramatwatu dan Kasemen
-
Assosiasi Alluvial kelabu tua Glei Humus rendah terdiri dari bahan endapan liat di Kecamatan Tirtayasa, Ciruas, Kramatwatu dan Bojonegara.
Luas dan Sebaran Jenis Tanah di Kabupaten Serang
-
No. WP Alluvial Glei Latosol Regosol Podsolik 1.
2.
3.
4.
5.
Barat
Selatan
Timur
Utara
Tengah
2.075
525
10.432
21.624
3.980
700
8.068
3.900
7.775
4.387
7.984
28.044
3.400
–
725
2.200
17.617
1.000
–
3.175
–
1.600
33.801
200
9.032
38.636 24.848 40.163 23.992 44.633
Keterangan : Satuan ha
Produksi Pertanian yang menonjol di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut:
-
Padi
-
Tanaman Jagung
-
Tanaman Kacang Hijau
-
Tanaman Kacang Kedelai
-
Tanaman Kacang Tanah
Jumlah Produksi untuk padi sawah (Ha) adalah 495.818
Jumlah Produksi untuk tanaman Jagung (Ha) adalah 14.629
Jumlah Produksi tanaman Kacang Hijau (Ha) adalah 1.652
Jumlah Produksi tanaman Kacang Kedelai (Ha) adalah 47
Jumlah Produksi tanaman Kacang Tanah (Ha) adalah 32.162
Untuk tanaman Padi kecamatan yang memproduksi adalah Kecamatan Kasemen
Untuk tanaman Jagung yang memproduksi adalah Kecamatan Cikeusal
Untuk tanaman Kacang Hijau yang memproduksi adalah kecamatan Bojonegara
Untuk tanaman Kacang Kedelai yang memproduksi adalah Kecamatan Baros
Untuk tanaman Kacang Tanah yang memproduksi adalah Kecamatan Bojonegara
VISI DAN MISI DINAS PERTANIAAN KABUPATEN SERANG
Program Pembangunan Daerah Tahun 2002 – 2006 Kabupaten Serang
Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten Serang 2002 – 2006 Aspek Ekonomi diharapkan dapat meningkatkan daya beli dan pendapatan masyarakat dan Steakholder lainnya melalui pemenuhan kebutuhan dasar/pokok dan pengembangan sektor – sektor potensial lainnya terutama pertaniaan yang berdasarkan keunggulan komperatif dan keunggulan kopetitif sesuai dengan kompetisi dan produk unggulan daerah.
Deskripsi Kondisi yang Diharapkan.
-
Meningkatkan Pendapatan dan daya beli masyarakat, khususnya melalui pengembangan usaha du bidang jasa dan perdagangan, pariwisata, industri, agrobindustri, agribisnis dan arti luas (pangan, Holtikultura, Peternakan, Kehutanan dan Kelautan).
-
Meningkatkan Produksi Sektor Pertanian (Pangan, Hortikultura, Peternakan, Perkebunan, Perikanan untuk memenuhi kebutuhan dasar/pokok dan menjamin ketahanan pangan, sandang dan papan masyarakat yang berorientasi pada permintaan pasar.
Visi Dinas Pertanian Kabupaten Serang
Terwujudnya Pembangunan Pertaniaan yang Berorientasi Agribisnis dengan memperkuat ketahanan pangan tahun 2006.
Program Dinas Pertanian Kabupaten Serang
-
Peningkatan Produksi pertanian untuk tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan kehutanan untuk menunjang swasembada pangan keanekaragaman pangan dan ketahanan pangan.
-
Intensifikasi diversifikasi dan rehabilitasi pertaniaan untuk tanaman pangan peternakanperkebunan dan kehutanan.
-
Pengembangan agribisnis dan agroindustri untuk usaha pertaniaan tanaman pangan peternakan, perkebunan dan kehutanan dalam meningkatkan nilai tambah dan pendapatan petani.
-
Penguatan pemasaran produk pertaniaan.
-
Penguatan lembaga pertaniaan
-
Penguatan sarana dan prasarana pertaniaan.
-
Mengembankan model pertaniaan terpadu
-
Pelestariaan fungsi hutan, sumberdaya alam dan fungsi lingkungan serta memelihara dan melindungi mata air.
Tujuan
-
Meningkatkan Produktivitas komoditas-komoditas unggulan yang diminati pasar.
-
Meningkatkan sumberdaya manusia petani dan sumberdaya manusia aparatur.
-
Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal sehingga mempunyai kontribusi perekonomian daerah.
-
Mengembangkan sistem ketahan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya bahan pangan.
-
Menarik investor di bidang pertaniaan untuk menjalin kemitraan dengan petani.
Permasalahan Sektor Pertanian
-
Rendahnya Produktivitas Komoditas-komoditas pertanian
-
Banyaknya lahan yang tidak dipergunakan secara optimal.
-
Lemahnya tata niaga (posisi tawar menawar petani rendah).
-
Rendahnya tingkat pendapatan petani.
-
Lemahnya modal untuk usaha agribisnis.
BAB 4
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
Sudaryanto dalam Mahsun (1995:93) mengemukakan bahwa dalam penelitian di samping ada istilah metode ada juga istilah teknik, yaitu kedua-keduanya berarti “cara” dalam suatu upaya. Lebih lanjut menurutnya metode adalah cara yang harus dilaksanakan, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode.
4.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif komparatif. Menurut Sudaryanto (1988:62) istilah deskritif menyarankan bahwa penelitian itu dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta yang ada atau fenomena secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihadsilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang sifatnya potret atau paparan seperti apa adanya. Sedangkan istilah komparatif menyarankan kepada cara kerjanya yang membandingkan data satu dengan yang lain (Sudaryanto, 1988:63)
Metode penelitian deskriftif komparatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan kemiripan bentuk, kesamaan dialek, dan perbadaan dialek di kecamatan Padarincang melalui pengkajian perkembangannya lewat tataran fonologi.
Dengan menggunakan metode deskritif komparatif, peneliti bisa melakukan pengambilan data yang mendasar di lapangan secara sistematis, factual, dan akurat.
4.2 Sumber Data dan Prosedur Penentuan Sampel
4.2.1 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh kosakata swadesh, kosa kata budaya dasarmenurut bidang bagian tubuh, kosa kata budaya dasar menurut bidang kata ganti, kosa kata budaya dasar menurut bidang kehidupan desa dan masyarakat,kosa kata budaya dasar menurut bagian rumah dan bagian-bagiannya, kosa kata budaya dasar menurut bidang peralatan dan perlengkapan.
4.2.2 Prosedur Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah penutur bahasa sunda di kecamatan Padarincang. Dari populasi ini diambil sample penutur bahasa Sunda dan Jawa di Kecamatan Padarincang.
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan penelitian ini, teknik penelitian yang digunakan adalah teknik simak, libat, dan cakap.
Pemupu menggunakan teknik simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan cara menyimsk penggunssn bahasa dari pembahan. Teknik simak ini dilanjuti dengan teknik lanjutan berupa teknik libat dan teknik cakap.
Penggunaan teknik libat dimaksudkan bahwa pemupu terjun langsung atau terlibat langsung dengan pembahan dalam mengumpulkan data, sedangkan teknik cakap dimaksudkan cara yang ditempuh dalam mengumpulkan data itu berupa percakapan antara pemupu dan pembahan.
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11-12 Mei 2007. bertempat di kabupaten Serang, kecamatan Padarincang, yang meliputi 3 daerah penelitian yaitu, Desa Citasuk, Padarincang, dan Desa Ciomas. Dari 843 kosakata swadesh yang kami gunakan diperoleh 603 kosakata yang berbeda di masing-masing desa yang kami teliti. Yang pada akhirnya dipergunakan untuk mengetahui perbedaan secara statistik melalui metode dialektometri sehingga diperoleh hasil sebagai berikut ;
Diketahui ;
S = 603
n = 843
Ditanyakan ;
d = …?
J
d = (S x 100)/n = (603 x 100)= 71,53
awab ;
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh ukuran statistik sebesar 71, 53 % dimana persentasi di daerah penelitian tersebut terdapat perbedaan dialek.
DAFTAR KATA PEMBEDA
KECAMATAN PADARINCANG
NO |
KOSAKATA DASAR SWADESH |
DESA | |||
PADA RINCANG |
CIOMAS |
CITASUK | |||
JAWA BANTEN |
SUNDA BANTEN | ||||
1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
83 84 85 86 87 88 89 90
91 92 93 94 95
96 97 98
99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111
112
113
114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148
149
150 151
152 153 154
155 156 157 158 159 160 161
162 163 164 165
166 167 168 169 170 171 172 173 174 175
176 177
178
179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 213 214 215
216
217
218
219 220 221 222 223
224
225 226 227 228 229
230 231 232 234 235 236 237 238 239 240
241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264
265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292
293
294 295 296 297 298 299 300 301
302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329
330
331 332
333 335 336 337
338 339 340 341 342 343 344
345 346 347 348
349 350 351 352 353
354 355 357 358 359 360 361 362
363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377
378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413
414 415
416 417
418 419 420 421 422 423 424
425 426 427 428 429 430 431
432 433 434 435
436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451
452 453 454 455 456
457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476
477 478 479 480 481 482 483 484
485 486 487 488 489 490 491 492
493 494 495 496 497 498 499 500 501 502
503 504
505 506 507
508 509
510 511
512 513 514 515 516 517
518
519 520 521 522 523 524 525 526 527 528
529 530
531
532
533 534 535 536 537
538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557
558 559 560 561 562
563 564 565 566 567 568 569 570
571
572 573 574 575
576 577
578
579
580 581
582 583 584
585 586 587 588
589
590 591 592 593
594 595 596 597 598 599 600
601 602
603 604
605
606
607 608 609 610 611 612 613 614 615 616 617 618 619 620 621 622 623 624 626 627 628 629 630 631 632 633 634 635 636 637 638 639 640 641 642 643 644 645 646 647 648 649 650 651
652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667 668 669 670 671 672 673 674 675 676 677 678 679 680 681 682 683 684 685 686 687 688 689 690 691 692 693 694 695 696 697 698 699 700 701 702 703 704 705 706
707 708 709 710 711 712 713 714 715 716 717 718 719 720 721 722 723 724
725 726 727 728 729 730 731 732 733 734 735 736 737 738 739 740
741 742 743 744 745 746 747 748 749 750 751 752 753 754 755 756 757
758 759 760 761 762
763 764 765 766 767 768 769 770
771 772
773 774 775 776 777 778
779 780 781 782 783 784 785 786 787 788 789 790 791 792 794 795 796 797 798 799 800 801 802 803 804
805 806
807
808 809 810 811 812 813
814 815
816
817 818
819
820
821
822
823
824
825
826
827
828
829
830
831
832
833
834
835
836
837
838
839
840
841
842
843 |
Bagian tubuh: Alis Bahu Betis Bibir Bulu Dada Bulu ketiak Bulu kuduk Bulu roma Dada Daging Dagu Dahi Darah Geraham Gigi Gigi seri Gigi yangtumbuh bertumpuk Gigi yang menonjol keluar Gusi Hati Hidung Ibu jari Isi tulang Jantung Janggut Jari Jari manis Jari tengah Kaki Kelingking Kemaluan laki-laki Kemaluan perempuan Kepala Kerongkongan Kuku Kulit Kumis Kutu Leher Lemak Lengan Lidah Ludah Lutut Mata Mata kaki Mata susu Muka Mulut Ompong Otak Paha Pantat Paru-paru Pelipis Pelupuk mata Pergelangan tangan
Perut Pinggang Pinggul Pundak Punggung Pusar Rambut Rusuk Siku Susu Tangan Telapak kaki Telapak tangan
Telinga Telunjuk Tembuni Tengkuk Tubuh Tulang kering Tulang rahang Tumit Ubun-ubun Urat Usus Tanda hitam pada kulilt sejak lahir Kata ganti, sapaan, dan acuan: Dia Kami Kamu Kamu sekalian Kita Laki-laki Nama Panggilan untuk anak laki-laki- kecil Panggilan untuk gadis kecil Panggilan untuk gadis remaja Panggilan untuk laki-laki remaja Panggilan untuk laki-laki tua Panggilan untuk perempuan tua Perempuan Saya orang Sistem kekerabatan Adik Adik dari istri Adik dari suami Adik laki-laki ayah/ibu Adik perempuan ayah/ibu Anak Anak dari anak Anak dari cucu Anak dari saudara Anak dari saudara ayah Anak dari saudara ibu Anak kandung Anak tiri
Anak yang tertua
Anak yang termuda
Ayah Ayah dari orang tua Ibu dari orang tua Istri Istri adik laki-laki ayah Istri adik laki-laki ibu Istri kakak laki-laki ayah Istri kakak laki-laki ibu Istri dari saudara Istri dari saudara orang tua Kakak Kakak laki-laki Kakak perempuan Kakak laki-laki dari ayah Kakak laki-laki dari ibu Kakak perempuan dari ayah Kakak perempuan dari ibu Kakak dari kakak Nenek moyang Orang tua dari suami Orang tua dari istri Orang tua suami/istri Pasangan suami istri Saudara laki-laki Saudara perempuan Saudara dari istri Saudara dari suami Suami adik perempuan ayah Suami adik perempuan ibu Suami dari saudara Suami dari saudar orang tua Suami dari istri saudara istri Suami / istri saudara suami Suami / istri dari anak Suami kakak perempuan dari ayah Suami kakak perempuan dari ibu Kehidupan desa dan masyarakat: Amil Bekerja di tempat orang yang mengadakan pesta/ meninggal Bertunangan Dating ketempat kenduri Datang memberi bantuan ketempat orang pesta/ meninggal Dukun Dukun sunat Dukun bayi Juru tulis Kawin Kawin lari Kawin dengan cara wanita datang ke tempat penghulu Kenduri Kepala desa Kepala kampung Kerja bakti
Khatib Khitanan Lahir Melahirkan Mengandung Menguburkan Meninggal Penghulu Pemukul bedug Upacara cuci perut orang hamil tujuh bulan Upacara turun tanah Upacara turun kesungai anak-anak yang telah di khitan Upacara puput pusar Rumah dan bagian-bagiannya: Atap Atap dari bambu Bubungan Dangau Dapur Dinding bambu Dinding tembok Genting Halaman Jendela Kamar Kandang Kandang ayam Kandang kambing Kandang kerbau Kandang kuda Kandang merpati Kasau Kelenteng Langit-langit Lumbung Pagar Palang dada Para-para Pelimbahan Pintu Pusaka Ruang depan yang terbuka Ruang rumah yang paling belakang Rumah Rumah kecil ditengah sawah Surau Tangga Tempat tungku Tiang Tungku Peralatan dan perlengkapan: Alat dari lontar untuk menyimpan ikan Alat penumbuk padi mirip dengan perahu Alat untuk membuat benang tenun Alu Bajak Bakul Bakul kecil Balai-balai
Bambu untuk memasukan benag tenun Bantal Cangkul Cobek Dayung Dingklik
Gabus/ kayu pada tali pancing Galah Gayung Gelas Gergaji Jala besar Jala kecil Jarum Kayu diatas pundak kerbau Kayu panjang tempat memasukan bajak Kayu penggulung benag tenun Kayu untuk merapatkan benang tenun Layer Lesung Nyiru Panah Pancing Parang Parut kelapa Penumbuk Perahu Periuk Pikulan Piring Pisau Selimut Sendok Tali bajak Tempat beras Tempat nasi dari bambu Tempayan Tikar Tongkat Wajan Makanan dan minuman: Bubur Cendol Dendeng Gulai Jagung Jeruk Kacang Kerak Kerupuk Ketupat Kue Kopi Labu Lemang Madu Makanan Mangga Minuman Nangka Nasi Nasi basi Nasi belum matang Nenas Sagu Sambal Sayur Tapai ketan Tapai singkong Ubi Tumbuh-tumbuhan, bagian, buah, dan hasil olahnya: Akar Alang-alang Anak dahan Aren, enau Asam Bambu Batang Bawang merah
Bawang putih Benih Beras Beras kecil Beringin Biji Buah Bunga Cabai Cabang Cereme Dahan Daun Dedak Getah Ijuk Jerami Jambu batu Jambu mente Kayu Kelapa Ketan Ketimun Kulit kayu Kunyit Lada Lengkuas Mandalika
Minyak kelapa
Minyak tanah Nasi yang tidak termakan menempel di bibir/ jatuh di lantai Padi Pandan Paria Papaya
Pinang Pisang Pohon Ranting Rebung Rotan Ruas
Rumput Sabut Santan Setandan pisang
Sisir pisang Tempurung Terung Ubi jalar Ubi kayu
Binatang dan bagiannya Anjing Ayam Ayam betina remaja Ayam betina yang telah beranak Ayam jantan dewasa Babi Bangkai (binatang) Bankai (manusia)
Belalang Binatang Buaya Bulu sayap Burung Cacing Cecak Ekor Gagak Ikan Insang Jalu Kambing Katak Kelelawar
Kerbau Kucing Kunang-kunang Kupu-kupu Kura-kura Laba-laba Lalat Lebah Linta Monyet Nyamuk Penyu Rayap Rusa Sayap Sapi Semut Sirip Sisik Tanduk Taring Telur Tikus Udang Ular Ulat Waktu, musim, keadaan alam, dan arah: Air Air bak
Air laut Air tawar
Api Arang Arus Asap Atas Awan Bara
Barat Batu Batu api Bawah Besi Besok Bintang seperti bajak
Bintang tanda keluar fajar Bukit Bulan Bulan purnama
Bulan terbit Darat Datar Debu Di atas Di bawah Di samping Di sana
Di sini Dua hari mendatang Dua hari yang lalu Dusun Emas Embun Empat hari mendatang
Empat hari yang lalu
Fajar Garam Gerhana Gunung Guntur
Hari Hujan Hutan Ini Itu Jalan (lebar) Jalan (sempit) Jurang Kabut Kanan Kemarin Kilat Ladang Lahar Langit Laut Lereng Lima hari mendatang Lima hari yang lalu Malam
Mata air Matahari Mega (hitam) Mega (putih) Muara sungai Musim hujan
Musim kemarau Ombak Padang Pagi Pagi sekali Pantai Pasir Pelangi
Sawah Sebentar Sore Sungai Tanah Tahun Tebing Tepian Tiga hari mendatang Tiga hari yang lalu
Timur Utara Gerak dan kerja: Bangun dari duduk Bangun dari tidur Bekerja
Berak Berbaring
Berbicara Berbisik
Berenang Bergerak Berjalan Berjongkong Berkelahi (dengan tangan) Berkelahi (dengan kata-kata)
Berkembang (pohon)
Berkembang (binatang) Berlari Berludah Bermain Bernafas Berobah Berobat Bersiul Bertanya Bertemu
Bongkar Cuci (pakaian)
Cuci (tangan)
Datang
Duduk Duduk kaki di lipat (pria) Duduk kaki di lipat (wanita) Duduk kaki terjulur Gantung
Ikut Ingat Jatuh (daun, buah, dan lain-lain) Jatuh (orang) Kembali Kecing Kentut Lari-lari kecil Makan (nasi) Makan (selain nasi) Marah Melempar Melihat Melirik Melotot Memanah Memasak (nasi) Memasak (sayur) Membakar (ikan) Membakar (sampah)
Membanting (cucian) Membawa Membawa dengan ketiak Membawa dengan punggung Membawa dengan tangan (jinjing) Membawa dengan tangan di atas Membawa di bahu Membawa di kepala Membawa di pinggang Membawa di pundak Membersihkan Memberi Memberi tahu
Membuat dendeng
Memburu hewan (malam) Memburu hewan (siang) Membunuh Memegang
Memejamkan mata Memotong (ikan)
Memotong (kayu)
Memperoleh (sesuatu, hadiah, dan lain-lain) Memutar (menggunakan tali) Menakutkan
Menarik Menarik (benda dengan hewan) Mencari
Mencium (benda) Mencium (perempuan) Mendengar Menebas pohon
Mengambil (daging sekerat)
Mengalir Menganyam Mengapung Menggali
Menggaruk (kepala, kulit) Menggenggam Menggigit (manusia) Menggigit (serangga) Menggosok (kulit) Menghitung Menghidupkan (api)
Menggosok (gigi) Mengikat
Mengikat (kayu) Mengikat (kepala dengan kain)
Menginjak dengan dua kaki
Menginjak dengan satu kaki
Mengisap Mengotorkan Menguburkan Mengulang Mengusap Menikam Menikam dari atas Menikam dari bawah Menikam dari belakang Menikam dari depan Meniup Meniru Menjahit Menjemur Menyahut Menyuruh Menyusul Merebus Merumputi (tanaman) Mimpi Minum Muntah Petik Pilih Bintal (me- N) Putar Raba Rangkul Selam Sentuh Simpan Tabur Tambah Tangis (me- N) Telungkup Terbang Tertawa Tidur Tukar (Me-N) Tunjuk Turun Tusuk Urut Usap Perangai, sifat, dan warna. Amis Asam Angkuh Bagus Banyak Baru Basah Benar Bengkak Berani Berat Bersih Besar Biru Bodoh Boros Botak Bulat Buta Cantik Cerdas Coklat Dekat Dingin (air) Dingin (cuaca) Enak Gelap Gurih Gemuk Halus Harum Haus Hijau Jauh Jernih Kaya Kecil Kendur Keras Kering Kikir Kotor Kosong Kuat Kurus Lama Licin Luas Lurus Malu Manis Manjur Marah Merah Miskin
Muda Pahit Panas Panjang Pendek Pemarah Perajuk Putih Rajin Rakus Rendah Ringan Sabar Sakit Sedikit Sejuk Sempit Tahu
Tajam Takut Tampan Tebal Tengah Terang Terkejut Terkenal Tinggi (gunung) Tinggi (orang) Tipis Tua Tumpul Ujung Ungu Usang Penyakit Batuk Bekas luka Bisu Bisul Borok Buta Congek Demam Gondok Luka Nanah Obat Panu Pingsan Pusing Sembuh Tuli Pakaian dan perhiasan. Anting-anting Baju Celana Celana dalam Celana panjang
Celana pendek Cincin Gelang Kalung Kebaya Kopiyah Kutang Sabuk
Sarung Subang Bilangan dan ukuran Delapan Delapan belas Dua Dua belas Dua puluh Dua puluh lima
Empat Empat belas Enam Enam belas Lima belas Lima puluh Satu Sebelas Sedepa Sehasta Sejengkal Sembilan Sembilan belas Sepuluh Seratus Seribu Tiga Tiga ratus Ukuran padi dalam ikat kecil Ukuran padi dua ikat kecil Ukuran padi dua puluh lima ikat besar Ukuran padi dua ratus lima puluh ikat besar Ukuran padi empat ikat kecil
Satu ikat besar Ukuran padi seratus ikat besar
Ukuran padi seribu ikat besar Frase Ayah saya Baju dia Batang kayu Hidung kamu Kaki Ali Kambing paman
Kepala Amir Membicarakan orang
Menjelekan teman
Rumah bibi Rumah Paridi Kalimat Ali diberi uang oleh paman
Apa yang saudara beli?
Apakah anda pernah ke Jakarta?
Ayah memberikan saya uang sepuluh ribu rupiah.
Bagaimana cara membuat tapai?
Berapa harga madu satu botol?
Bilamana kamu pergi?
Di kampung tidak ada listrik
Dia dibelikan baju oleh ibunya
Dia akan membuat rumah baru
Dia tidak pernah datang kemari
Hari ini terlalu panas, mungkin akan turun hujan
Hujan turun hingga sore
Ibu baru saja pulang dari Mataram
Ibu sedang makan
Kakak sudah datang dari Mataram
Kalau menolong orang jangan kepalang
Kambing itu hampir mati
Kapan kamu datang ke rumah saya?
Saya akan membeli baju baru nanti
Saya diberikan uang oleh ayah sepuluh ribu rupiah
Saya tidak jadi datang, kalau hari hujan
Saya melempar mangga
Siapa yang lebih dahulu datang saya beri uang
Paman memberi uang pada Ali |
Halis Tak-tak Bitis Lambe Bulu dada Bulu kélék Bulu punduk bulu Dada Daging Janggut Sirah saeutik Geutih careham huntu huntu Sihung Sinyom Gugusi Hate Irung Jempol Sumsum Jantung Jenggot Jari-jari Curuk Curuk Sampean cingir Kontol Momok Mastaka tikoro kuku kulit kumis Kuar Beuheung Lintuh Panangan Letah Ciduh Tuur Soca/ panon Kengkeongan Pentil Beungeut Biwir ompong Polo Pingping Jubur Paru-paru
Kelopak
Beuteung Cangkeng panggul Tak-tak Tonggong Bujal/udal Buuk iga Sikut Nyusu Panangan Talapak suku Talapakleungeun
Ceuli/cepil Panuduh ……… Punduk Awak ……. . . . . . kekeongan Embun embunan Urat Usus Tanda / tompel
Manehna Abdi Maneh Sakabehna Urang Lalaki Ngaran ujang
neng Geulis Kasep Abah/mama Ibu
Bikang/awewe Urang Jelema
Adi Adi beuteung Adi beuteung Ende lalaki Ende awewe Budak Incu Buyut Kaponakan . . . . . . . . . . anak kandung Anak tere/ pribadi Pangkolotna/ cikal
Bungsu
Bapa Aki Nene Pamajikan Ende Adi beuteung Ua Ua Ipar . . . . . Lanceuk Aa Teteh Ua Ua Ua istri Ua Teteh/ ayah Buyut / karuhun Mitoha Mitoha besan Salaki pamajikan Aa Teteh Bibi Bibi Mamang Mamang Kakak Ua Kakak Kakak Minantu Ua Ua
Penghulu Tukang babantu
Tamaran Ondangan Ngelatat/ ondangan Dukun Bengkong Paraji carik nikah . . . . . Kawin gelap
Hajat Lurah Rt Gotong royong
Imam Sunatan Kelahiran babar Bobot/reuneuh Nguburkeun Maot Penghulu/naib Kaom Puput pusar
Murunkeun
. . . . . . . Nayuh
Kenteng Wewit Suhunan Tajug Dapur Bilik Tembok Genteng Palaparan Jandela Kamar Kandang Kandang hayam Kandang kambing Kandang kebu Kandang kuda Kandang japati . . . . . . . . . . . . . . Langitan Leuit Pager Senta Papara Panyaweran Panto Karamat Teras payun Pengker Bumi Saung Musola Taraje Hawu Tihang Hawu
Kempis
Lisung
. . . . . . .
Alu Waluku Bakul Boboko Amben tambenan . . . . . .
Bantal Pacul Coet Dayung Jojodog
Ampul Gantar Gayung Gelas Ragaji Jala Jajala Jarum Dungkul
. . . . . . . . . . . . . . . . . . layer Lisung Nyiru Panah Useup Arit Parudan Halu Parahu Pariuk Pananggung Piring Peso Sisimbut Sendok Rakitan Pabeasan Aseupan . . . . . . Samak Tongkat Kéncéng
Bubur cendol Ikan asin Rendang Jagong Jeruk Kacang Intip (jawa) Karupuk Kupat Kueh Kopi Labu Lumeung Madu Emaman Buah . . . . . . Nangka Sangu/ kejo Sangu Basi Gigih Nanas Aren Sambel Kuah Tapai Tapai dangdeur Mantang
Akar Eurih Regang Aren Asem Awi Batang Bawang beureum Bawang bodas Winih Beas Menir Waringin Siki Buah Kembang Cabe Cabang Cereme Dahan Daun Huut Geutah Injuk Jarami Jambu batu Jambu mede Kayu Kalapa Ketan Bonteng Kulit Kayu Kunir Rica Laos Mandalika
Minyak keletik
Minyak tanah Remeh/ upa
Pare Pandan Paria Kastela
Jebug Cau Tatangkalan Cabang Iwung Rotan Erosan
Jukut Sepet Pati Saturuy
Sasikat Batok Terong Mantang Dangdeur
Anjing Kotok Dadana Bibit Jago Bedul Bangke Bangke
Simeut Satoa Buaya Jangjang Manuk Cacing Cakcak Buntut Gagak Lauk Angsang Jalu Embe Bangkong Lalay
Kebu Meong Kica-kica Kupu-kupu Kuya Lamat lancah Laleur Tawon Lentah Monyet Reungit Penyu Rinyuh Rusa Jangjang Sapi Sireum Pepet Sisik Tanduk Sihung Endog Beurit Udang Oray Hileud
Cai/ banyu Banjir/ comberan Cai laut Banyu urang mateng Geni Areng Arus Ngebul Luhur Awan Awun-awun/ ngebul Kulon Watu Bara Sor Beusi Besuk . . . . . .
Bintang pajar Tonggoh Bulan Bulan purnama
Bulan terbit Sor Rata Debu Di luhur Di sor Di pinggir Kuning ka makah Ining keneh Pageto Kamari Kampong Emas Cai ibun Opat poe kahareup Opat poe katukang Fajar Uyah Gerhana Tonggoh Gelap
Poe Hujan Leuweung Ieu Eta Jalan Gang Jurang Kabut Katuhu Kamari Geledeg Sawah/ kebon Lahar Langit Laut Bukit . . . . . . . . . . . . Peuting
Mata cai Mata poe Reueuk . . . . . . Muara Cai Usum Hujan
Musim panas Ombak Caang Isuk Subuh Basisir Basisir Kuwung
Sawah Sakeudeung Sonten Susukan Taneuh Tahun Jurang . . . . . . Tilu poe deui Tilu poe nu enggeus Ladeuh Elor
Hudang Gugah bobo Gagawe/ magawe Ngising Ngagoler
Ngomong Ngaharewos
Ngojay Bergerak Mapah/lempang Nagog Gullet Pasea
Kekembang
Ngagedean Lumpat Ngiduh Ulin Ambeukan Berobah Ubar Susuitan Nanyakeun Papanggih
Ngabongkar Nyeuseuh
Ngumbah leungeun Dongkap
Diuk Sila Emok Ngalonjor gantung
Milu Inget Murag Labuh Datang Wiwis Muak/ halut Lumpat Emam/ dahar Barang emam/ mamarahan ngalungkeun Deuleu Ngalirik Molotot Memanah Masak Olah Beuleum Beuleum
ngagebot Ngabawa Ngais manggul Ngagendong Jinjing ngabawa Panggul Suhun . . . . . .
Bebersih Mere Mere nyaho
Ngadengdeng
Buburu Buburu Maehan Nyekel
Peureum Ngeretan lauk
Ngaragaji
Ngider Pikasieuneun
Narik . . . . . . Neangan
Nyium Nyium Ngadengekeun Nebag
Ngala
Mengalir Menganyam Mengapung Ngagali, ngeduk Gagaro Nyeukeulan Ngegel Ngegel Nyikat Ngitung Ngehirupkeun
Nyikat Nalian
Nalian Bebed
Di pincak
Jingjlong
Ngedot ngotor nguburkeun Di balikan Diusap Menusuk . . . . .. Menusuk Menusuk Menusuk Niup Niru Ngajait More Ngebut Nitah Nyusuan Ngagodog Pepelakan Ngimpi Nginum Utah Ngala Milih . . . . . . Muter Cabak Nagkeup Silulup Di cabak Di teundeun Di tabur Nambah Ceurik Teungkureup Hiber Seuri Sare/ bobo nukar Tuduh Tueun Nojos Urut Usap
Hanyir Aseum Galak Bagus Banyak Anyar Baseuh Bener Bareuh Wanian Beurat Bersih Gede Biru Bodo Boros Gundul Bunder Pecak Geulis Pinter Coklat Deukeut Tiis Anyep Ngenah Poek Ngeunah Gendut Alus Suengit Haus Hejo Jauh Bening Sugih Leutik Bendor Teuas Garing Koret Beulok Kosong Kuat begang Lila Leueur Lega Lurus Isin Amis Mujarap Marah Beueum Malarat/ teu boga Ngora Pait Panas Panjang Pendek Pemarah Perajuk Bodas Rajin Songkol Handap Hampang Sabat Gearing Saeutik Tiis Leutik Nyaho
Seubeut Sieun Kasep Kandel Tengah Caang Reuwas Tenar Luhur Jangkung Ipis Kolot Mintul Tungtung Ungu Basi
Batuk Ceda Pireu Sisul Borok Lolong Budeg Geuring Gondok Raheut Nanah Ubar Hapur Kapaehan Lieur Cageur Torek
Anting-anting Acuk Calana Cangcut Calana panjang
Kolor Ali-ali Geulang Kongkorong Kabaya Peci Kutang Beubeur/ babenhog Samping . . . . . .
Dalapan Dalapan belas Dua Dua belas Dua puluh Dua puluh lima
Opat Opat Belas Geuneup Genep belas Lima belas Lima puluh Sahiji Sabelas Sidepa Sasikut Sajeungkal Salapan Salapan belas Sapuluh Saratus Sarebu Tilu Tilu ratus Sabeungkeutan Dua beungkeut Sangga
. . . . . . . . . . .. . . . . .
Satengah caeng Opat caeng
. . . . .
Abah urang Acukna Dahar Irung maneh Suku Ali Embe emang
Sirah Amir Ngomongkeun batur Ngagogoreng batur Imah ibi Imah Paridi
Ali dibere duit ku emang Maneh meuli naon?
Ari maneh pernah ka Jakarta? Abah mere duit ka urang sapuluh rebu. Kumaha cara nyieun tape?
Sabaraha harga madu sabotol geh?
Di lembur euweuh listrik
Maneh dibeulikeun baju ku indung
Maneh rek nyieun imah anyar Manehna tara datang ka dieu
Poe ieu panas pisan,sigana rek hujan
Hujan nepi sore
Ibu kakara mulang Mataram
Ibu keur dahar
Akang geus jol ti Mataram
Lamun nulungan tong kapalang
Eta embe tereh modar Iraha maneh rek ka imah kula?
Urang rek meuli baju anyar.
Urang dibere duit ku bapa sapuluh rebu.
Moal datang lamun hujan
Urang dibere duit ku kula ngalungkeun buah Saha nu jol tiheula
Emang mere duit ka Ali. |
Alis Pundak Witis Biwir Bulu dada Bulu kelek Bulu pundak Bulu Dada Daging Gado Tarang Geutih Careham Huntu Bam Parehol Nyunggorong Gusi Hate Irung Jempol Sumsum Jajantung Jenggot Jariji Jari manis Jajangkung Sikil Kiong Kontol Tumbung Endak Tikoro Kuku Kulit Kumis Tuma Beuheung Gajih Leungeun Letah Ciduh Tuur Panon Kikiong Pepentil Beungeut Sungut Ompong Otak Pingping Silit Paru-paru Pelipis Pelupuk mata Pinglang/ leungeun Weuteung Cangkeng Panggul Punduk Tonggong Bujal Buuk Iga Sikut Susu Leungeun Dampal suku Dampal- leungeun
Kuping Curuk ……. Tikoro Awak Bincurang Corehan Tumit Embun-embunan Urat Peujit ettoh
Ira Kita Ita Ira sakalian Urang Lanang Aran Dede
Eneng Teteh Kakang Bapa/ mama/ abah Ibu
Wadoh Kita Uwong
Adi Adi ipar Adi ipar Paryad Bibi Anak Putu Cucu Ponakan Bisan Bisan Anak kandung Anak kawalon
Cikal
Bungsu
Bapa Rama tuh Ibu toh Rabi Bibi Bibi Ua Ua Adi beuteung Bibi Kakang Kakang Teteh Aa gede ua Ua Ua . . . . . Kaka Nene Mertua Mertua . . . . . . Laki rabi Kakang Teteh Adi beuteung Kakah Mamang Mamang Kakak Ua Kakak Kakak Minantu Ua Ua
Amili . . . . . .
Tamaran Ondangan Ngalayat
Dukun Bengkong Paraji Carik Nikah . . . . . Ngawinkeun
Hajat Lurah . . . . . . Gotong royong
Bilal Sunatan Lahir Babalean Meuteung Nguburkeun Mati Penghulu Tongtong Rujakan
Sisir tanah
. . . . . . Nyieun bubur
Hateup Sirap Suhunan Saung Pawon Bilik Tembok Kenten Buruan Jandela Kamar Kandang Kandang ktok Kandang embe Kandang kebo Kandang kuda Kandang dara . . . . . . . . . . . . Lalangitan Leuit Pager Dada tulak Para Panyaweran Lawang Jimat Amben Pipir Imah Saung Bale Taraje Tungku Tihang Tungku
Bubu
Lisung
. . . . .
Alu Waluku Bakul Boboko Dipan/dipen
. . . . . .
Angel Paut Lelemper Dayung Jojodog/ didingklik
Ampul Gantar Sisiuk/gayung Gelas Ragaji Jala Jala Jarum Dungkul Bajak . . . . . . . . . . . . . . Layer Lisung Nyiru Panah Useup Arit Parudan Halu Parahu Pariuk Pananggung Piring Peso Sisimbut Sendok Rakitan Pabeasan Aseupan . . . . . . Samak Iteuk Kekenceng
Bubur Cendul Dendeng Gule Jagong Jeruk Kacang Intip Kurupuk Kupat Kue Kopi Labuh Leumeung Madu Kadahareun Buah Minuman/eueuteun Nangka Kejo Sangu basi Gigih Nanas Tarigu Sambel Keukeuseun Tape ketan Tape dangdeur Mantang
Oyod . . . . . Godog Aren Akum Piring Batang Bawang abang Putih Bibit Beuras Menir Waringin Ijil Buah Kembang Cabe Cabang Cereme Dahan Godong Huut/ ndut Geutah Injuk Dami Jambu watu Mede Kayu Kalapa Ketan Bonteng Kulit kayu Kunir Lada Langkoas Mandalika
Keletik
Minyak tanah Remeh
Pare Pandan Paria Kastela
Jebug Cau Cabang Cabang Iwung Hae Kabet/ halaman Jukut Sabut Santen Turuy
Sisir pisang Batok Berong Dangdeur aci Dangdeur kayu
Anjing Ketok Sasapihan Danten Jago Babi Bangke iden Bangke jelema Simeut Binatang Buhaya Jangsang Manuk Cacing Cakcak Buntuk Gagak Lauk Asak Jalu Mbe Bangkong Kalong/ kelong Kebo Ucang Kica-kica Kupu-kupu Kuya Lancah Laleur Nyiruan Lentah Monyet Reungit Kuya Rinyuh Manjangan Jangjang Sapi Sireum Sirip Sisik Tandung Caling Endog Beurik Hurang Oray Hileud
Cai Caah
Cai laut Cai tawar
Seuneu Hareung Arus Ngebul Luhur Awan/mega Ruhai
Kulon/girang Batu Batu sene Handap Beusi Isuk . . . . . . .
. . . . . . . Gunung Bulan Bulan purnama Bijil Bulan Darat Rata Abu Di luhur Di handap Di gigir Di ditu
Di dieu Pageto Kamari isuk Dusun emas Ibun Opat poe kahareup Opat poe katukang Fajar Uyah Gerhana Gunung Gelap/ guludug Poe Hujan Leuweung Ieu Itu Jalan Gang Jurang Halimun Katuhu Kamari Kilat Kebon Lahar Langit Laut Pasir . . . . . . . . . . . . Wengi/ peuting Mata cai Panon poe Reueuk . . . . . . Muara cai Usim hujan
Usim halodo Ombak Lapang Isuk Subuh Pasisir Keusik Kuwung
Sawah Sakeudeung Burit Susukan Taneuh Taun Jurang/gawir . . . . . Tilu poe deui Tilu poe nu enggeus Ladeuh Elor
Hudang Nyaring Gagawe/ magawe Ngising Ngagoler/ ngagojod Ngomong Pating kuciwes Ngojay Gerak Leumpang Nagog Gelut Pacekcokan/ pasea Kekembangan/ mekang Ngagedean Lumpah Nyiduh Ulin Ambeukan Rubah Ubar Ngaheot Nayna Kapendak/ katimu Bongkor Ngaseuh
Kokobok
Datang/ dongkap Diuk Sila Emok Ngahunjar Ngagantung/ ngagaot Milu Inget Ragrag Labuh Balik Kiih Nguak/bekok Lulumpatan Dahar dahar Marah Balangeun Ngadeuleu Ngalirik Ngalotot Manah Nyangu/ngejo Ngeukeus Meuleum Ngadurukan
Ngagebot Bawa Ngelek Manggul Jinjing
Suhun Panggul Suhun . . . . . . . . . . .. Bebersih Mere Mere nyaho
Nyieun dengdeng Buburu Buburu Maehan Nyepeng Nyekel Peureum Motong
Motong
Menang hadiah Di puter Sieun/ nyingsieunan Narik Narik Neangan
Ngambeuan Nyium Ngadenge Nuar tatangkalan Nyokot daging sakeureut Ngalir Nganyam Ngambang Ngagali/ macul Gagaro Ngeupeul ngegel Ngegel Ngosok Ngitung Nyeungeut seuneu Ngosok huntu Nalian/ ngabengker Ngabeungkeut Ngabebed hulu Ambrek
Jengke/engkle
Ngambeu Ngabelokan Kuburkeun Ulang Diusap Menusuk . . . . .. Menusuk Menusuk Menusuk Niup Niru Ngajait Moekeun Ngebut Nitah Nyusuan Ngagodog Ngarumpi Ngimpi Nginum Utah Ngala Milah . . . . . . Muter Cabak Ngarangkul Silulup Nyabak Nyimpen Tamplok Nambah Ceurik Ngadapang Hiber Seuri Hees Tukarkeun Nunjuk Turun Tusuk/newek Urut Usap
Amis Aseum Sombong Bagus Loba Anyar Baseuh Bener Bareuh Wani Berat Bersih Gede Biru Bodo Boros Gundul Bunder Pecak Geulis Pinter Coklat Deukeut Cai adem Cuaca adem Ngeunah Poek Ngeunah Lintuh Alus Seungit Aus Hejo Jauh Herang Sugih Leutik Kendor Heuras Garing Pelit/koret Belok Kosong Kuat Kuru Heubeul Leueur Lega Lempeng Isin Amis Mampuh Marah Beureum Miskin
Ngora Pait Panas Lojor Pundak Barangasan Ngolo Putih Rajin Haweuk Handap Enteng Sabat Gearing Saeutik Tiis Sempit Nyaho/ parantos Seukeut Sieun Kasep Kandel Tengah Caang Kaget Tenar Luhur Jangkung Ipis Kolot Medu Tungtung Ungu Basi
Ngohkoh Ceda Pirey Bisu Borok Pecak Cole Salesma Gondok Raheut Nanah Obat Hapur Kapaehan Rieut Cageur Torek
Anting-anting Jamang Calana Cangcut Calana panjang Calana sepan Ali Geulang Kongkorong Kabaya Peci Kutang Sabuk
Samping . . . . . .
Dalapan Dalapan belas Dua Dua belas Dua puluh Dua puluh lima Empat Empat belas Enam Enam belas Lima belas Lima puluh Hiji Sabelas Sadeupa Sasikut Sajengkal Salapan Salapan belas Sapuluh Saratus Sarebu Tilu Tilu ratus Ranggeong Geugeus Sangga . . . . . .
Caeng
. . . . . . Satengah caeng Opat caeng
Bapa kula Jamang si eta Tangkal kayu Irung dia Suku si Ali Embe emang
Hulu Amir Ngomongkeun batur Ngagogoreng batur Imah bibi Imah Paridi
Ali dibere duit ku mamang Naon nu maneh dibeuli? Maneh pernah ka Jakarta?
Bapa mere duit sapuluh rebu rupiah Kumaha carana nyieun tapai? Sabaraha harga madu sabotol? Iraha maneh leumpang? Di lembur teu aya listrik
Maneh dibeulikeun baju ku ibu
Maneh arek nyieun imah baru Maneh tara datang kadieu
Poe ieu panas amat, arek hujan meureun Hujan turun sampe sore Embok kakarak datang ti Mataram Embok keur dahar Kakang geus datang ti Mataram Lamun tutulung kajelema ulah tanggung
Embe eta tereh paeh Iraha maneh datang ka imah urang Kula arek meuli jamang engke Kula dibere duit ku bapa sapuluh rebu rupiah
Kula teu jadi dating mun poe hujan Kula ngalungkeun mangga Saha nu pangheulana datang, dibere duit Mamang mere duit ka si Ali. |
alis Pundak bitis Lambe Bulu dada Bulu kelek Bulu punduk bulu dada daging Janggut Batuk Geutih Bam untu untu Gingsul
gusi ati Cungur jempol sumsum jantung janggut jeriji
Sikil jentik Peli Turuk Ndas Gogorokan kuku kulit kumis Tuma Hulu gajih Lengen ilat Iduh Dengkul Mata Kengkeong Susu Rarai Cangkem ompong otak Pupu Silit Paru-paru pelipis Mata
Weuteung Beubeuyeuh Boboyoh
geger Udel rambut
sikut Tete tengen Talapakan
Kuping
……..
awak Gagareus …….. Tungkak Embun-embun urat urat Toh
Sira kami Ira Dararta Ira Lanang Aran
Orok Orok Orok Orok Lanang tua
Wadon tua Wadon Kita Wong-wong
adi adi ipar adi ipar Emang Ende anak putu buyut ponakan . . . .. . . . . . . . . anak
anak tere
cikal
bungsu
Mama Mama tua Ibu tua Rabi bibi bibi ua Ende . . . .. . . . . . . kakang kakang teteh Ema gede Magede Ibu gede Ibu gede kakang . . . . . mertua mertua . . . . . . . . . . . ..
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . .
Teka
Dodog
teka
diuk Sila Timpu Ngalonjor gantung
melu Inget rigel Tiba Wangsul Nyuguh Ngentut Ngijig Mangan Mamangan Marah Nipung Ngadeleng Nginjek Melotot Manah ngaliwet Kekelar Nunu Ngaduruk
Ngagelebot Ngagawa Dindit Panggul Cangking
Ditampah Dipikul nyuhun Diemban Pikul Ngabersihi Nganai Nganai weruh
Gawe dendeng ngaburu ngaburu mateni nyekel
merem nugel iwak
nugel kayu
oleh Ngaguher
Ngawedikaken Narik . . . . . . Golati
Mambu nyium Ngarungu Nebang
ngajukut sairis
ngalir Mayem Nganyam nggali
ngagaro ngepel Ngareugeum nyokot nggosok Koseakan Ngiut
nyikat Naleni
Neleuruan Bebed endas
Ngadeg sikil loro Ngadeg sikil siji Ngesot Ngabeloki Mendemaken Balik maning ngusap
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Ngadamu Tetenian Ngadomdomi Meme nyauri Ngekor nyosoni Ngagodog Nandur sakeut Ngimpi ngumbe Mutah Ngembil pilih Ngukel muter ngaraba Rangkul Silulup Senggol Dukon Wutah Nambah nangis Ngadanom Mabur Gemayu Turu Ngijoli nunjuk turun . .. . . . . . . . . . . . . .
Amis Kelut . . .. . Bagus Wakeh Anyaran Teles Bener Abuh Wanten
Boros . . . . . Bunder Picek Parigel . . . . . Soklat Parek Adem Adem Enak Peteng gurih Lemu Lembut Wangi haus Ijo Adoh Bening Sugih Cilik kendor Atos garing pedit kotor
Kuat kuru Suwe Lunyu luas lurus Isin Manis ampuh Marah Abang Masakat
pait panas Dawa Cendek Pangus Ngacin Putih rajin rakus Endep Enteng sabar Sakit Adem Suker Weruh Landap
Wedi kasep kandel tengah padang Ngajumbul
Duwur Jangkung Tipis Tua Kentul Pucuk Wungu tua
Watuk ceda Bisu Wuwudan borok Picek Curek Panas atis gondok Tedas nanah Obat panu Kelenger Ngelu Waras Bantut
anting Kulambi Celana cangcut Celana dawa
Celanacendek Ali-ali gelang Kalung kebaya Peci Bebenting Tapi
sarung Pepelik
Wolu Wolu las Roro Ro las Rong puluh Salawe
Papat Pat belas Nenem Nem belas Limelas Skeet Siji Sawelas Sadepa Saronggoh Sakilan Sanga Sangalaras sepuluh Satus sewu Telu Telu ngatus Sagegem Rong gegem Salawe gegem
Sapuluh ranggeong Patang Bengket
Bapa kita Kulambi ira Wit kayu Cungur ira Sikil Ali Wedus Mamang Endas Amir Ngomongkeun wong Ngeleeleken batur Umah bibi Umah Paridi
Ali dinai duit ning mamang Apa sing ira tuku?
Apakah wong kono wis ning Jakarta? Bapa nganai picis sepuluh rebu perak Paremen gawe tape?
Pira harga madu sabotol?
Apabila sira lunga Ning kampong laka listrik Sira ditukuaken kulambi ning ibune Deweke arep ngagawe imah anyar Ira ora ilok teka marene
Dina iki panas banget, pasti arep udan.
Udan tekan sore Ibu tembekan balik sing Mataram
Ibu lagi mangan Kakang wis teka ning Mataram Lamun ngabantu uwong aja tanggung
Wedus itu arep mati Kapan sira teka ning umah kita Engko kita arep tuku kelambi anyar Kita digain picis ning mama sepuluh rebu perak
Kita ora bias teka namun dia udan kita ngabebedug buah Sapa sing teka duit digan picis
Mamang ngacan picis ning Ali |
Alis Taktak Bitis Biwir Bulu dada Bulu kelek Bulu punduk Bulu sawan Dada daging Gado Tarang Mokla bam Huntu Untu Gingsul
Gusi Ati Irung Jempol Sumsum Jantung janggut Jeriji
Suku cinggir Kontol Memek Hulu Tikoro kuku kulit kumis kuar Beuheung Gajih Leungeun Letah Ciduh Tuur Panon kengkeongan Pepentil Beungeut Baham ompong otak kempol Bujur Paru-paru pelipis Talakopan Leungeun
Beuteung Cangkeng Beubeuyeuk Taktak tonggong Bujal buuk Iga Sikut Susu Leungeun Dampal Talapak
Ceuli curuk …… Punduk Awak Curang …… Tungkak Ubun-ubun
urat peujit Tanda
Manehna Urang Anjeun Maraneh Urang . . . . . Nami
Orok Orok Orok Orok
ema awewe Abdi jelma
Adi Adi beuteung Adi beuteung Ende Bibi anak Incu Buyut Ponakan Ponakan Ponakan anak
Anak kawalon
Anak pangtuana Anak pangenom Bapak Aki Nini Ewe Bibi bibi Ua Ua . . . . . . . . . . . . Kakang Kakang Teteh Emang ua ua ua Kakak Buyut Mitoha Mitoha . . . . . . Laki rabi
Kakang Teteh Adi rabi Adi laki Mamang Mamang . . . . . Dulur Dulur Dulur Dulur
Dulur Dulur
Amil
Mulawari Panjeur Kondangan
Ngalayat Dukun Bengkong Paraji . . . . . Nikah . . . . . Sasanjang
Salametan Jaro Sesepuh Gotong royong . . . . . . Sunatan Ngaharinkeun Ngajuru meuteung Ngubur Paeh Penghulu Kaom Rurujakan
Uduran
. . . . . . Nayuh
Weulit Bilik Katum Bale Pawon Bilik Tembok Genteng Latar
Kandang wedus Kandang kebo Kandang jaron Kandang dara
Lalangitan
Pager Senta
Belukbukan Lawang Karamat Pilan Beurekah
Ukah Gubug Bale kambang Anda Tungku Sasaka
Kempis
Halu / lisung
Halu Pacul Wakul Ceupon Amben
Karang ulu
Pacul Coet Weulah
Babatu
Wawatang Cibuk
Ragaji
Eudom Angkil-angkul Cacadan
Lisung Tampan
Waleusan Gobed Parud Alu
Kawali Jongko
Lading Kekemul
Lalamban Padaringan Capon Rak padan Kalasa Teuteukan Pendil
Intip
Kupat
Waluh Lemeng
Papanganan Buah Inuman
Ketewel Sekul Sekul kambu Aron Kanas
Sambel Jangan Tape Tape dangdeur Mantang
Oyod
Dahan/pang
Asem Pring Uid Bawang abang
Bibit Beas Menir Waring Ijil
Kembang
Pana Cereme Pang Gudong
Duk Dami Jambu batu Jambu medo
Bonteng
Kunir Merica Laos Nangka walanda Minyak keletik Lenga tanah Upa
Pari
Papare Geudang/ kastela Jebuk Gedang Uit Pang Eubung Penjalin Ros
Sukeut Seupeut Pati Satundun pisang Sakitak Batok Euncung Mantang Dangdeur
Cameurak Kotok Ayam bibit
Jago Bedul Babatang Mayit
Walang Sato Baya Sewiwi Manuk
Cecek Buntut
Iwak Insang
Wedus Bangkong Lalawa/cocondot Kebo Ucing
Kura Kakangga Laleur Tawon Lintah
Lamuk Bulus
Menjangan Sawiwi
Gegeber
Sungu Suing Endog Brit Hurang Ula Uler
Banyu Banjir maling
Banyu laut Banyu asreup
Geni Areng Ombak Bul Duhur Mega Wangwa
Kulon Watu Watu gendi Sor Wesi Kesuk Wintang wuluhu Fajar Tonggoh
Bulan lase
Bulan metu
Rata Awu Ningduhur Ning sor Ning iringan Ning kana
Ning kene Kesuke Wingine Desa
Awun-awun Arep teuka
Singwis
Uyah Graham Tonggoh Geledeg
Dina Udan Alas Iki Ika Dalan lega Dalan sempit
Tanngen Wingi
Kebon
Beungi
Sumber Sarangenge Medung
Muara Usum udan/ rendeng Halodo/katiga
Isuk Subuh
Kuwung-kuwung
Sadela Sore Kali Lemah
Pinggir
Wetan Kidul
Tangi Tangi turu Gawe
Ngising Turu
Ngomong Babisik
Ngojay
Lunga Meudeuk Gelut Tukar/pasea
Tumbuh
Jadi Melayu Ngiduh Warengan Ambeukan Geser Tatamba Anyul Tatakan Kapendak
Dibubar Nang ngumbah Ngumbah tangan Datang
Diuk Sila Emok Ngalonjol gantung
Ngiring Emut Murag Geubis/labuh Balik Kiih Hitut Ngenced Nuang Ngemil Ngambek Maledog Ningali Ngalieuk Malotot memanah Ngaliwet Nyayur Meuleum Ngaduruk runtah Ngagebot Mawa Ngelek Panggul Jinjing
Dirampah Manggul nyuhun Diais Mikul Mersihan Mersihan Masihan terang Damel dendeng Ngaburu ngaburu Maehan Nyekel/ nyepeng Peureum Motongan lauk Motongan kayu
Ngabeulit Nyingsieunan
Ngabesot Membajak Neangan/ Nyiar Ngambeu nyium Ngadenge Nuar
Nyandak sakeureut
ngalir Ngalir Ngambang Ngeduk
Gagaro Ngeupeul Ngegel Dicoco Ngaluro Ngetang Nyeungeut seuneu Nyikat Nalian
Bebed
Nincak dua sampean Nincak suku hiji Ngisep Ngotoran Nguburkeun Diulang Ngusap Nikeup
Niup Niru Ngaput Moe Nembali Nitah Nyusuan Ngulub Melak jukut Ngimpen Nginum ongkek Ngala Milih
Puter Ngagarap Rangkul Teuleum Nyenggol Simpen Tabur/bahe Nambih Ceurik Ngadapang Hiber Seuri Sare Nukeurkeun nunjuk Mudun/turun Nojos Urut Usap
Hanyir Haseum Sombong Sae/alus Seueur Anyar Baseuh Leres Bareuh Ludeung Abot/beurat Bersih Gede/ageung Biru Bodo/belet Boros Botak Buleud Pecak Geulis Calakan Coklat Deukeut Tiis Tiis Ngenah/raos Poek Gurih Lintuh Halus Seungit Haus Hejo Jauh/tebih Herang Beunghar Leutik alit Kendor Teuas Garing Pelit/pedit Belok/kotor Kosong Kiat Kuru Lila Leueur Luas Lempeng Era Amis Manjur Ambek Beureum Miskin
Anom/ngora Pahit/pait Panas Panjang Pendek Galak Tukang kayu Bodas Rajin Mak-mak Handap Hampang Sabar Gearing Saemet Tiis Sempit Terang/ nyaho
Seukeut Sieun Kasep Kandel Tengah Caang Reuwas Tenar Luhur Jangkung Ipis Sepuh Mintul Tungtung Bungur Kawak
Batuk Ceda Pireu Sisul Borok Pecak Conge Muriang Gondok Raheut Nanah Ubar Panu Teu sadar Tieur Cageur Torek
Anting Acuk/anggoan Lancingan Cangcut Calana panjang Calanapendek Cincin Geulang Kongkorong Kabaya Kopeah Kutang Beubeur
Sarung Pelik
Dalapan Dalapan belas Dua Dua belas Dua puluh Dua lima
Opat Opat belas Genep Genep belas Lima belas Lima puluh Hiji Sabelas Sadepa Sahasta Sajeungkal Salapan Salapan belas Sapuluh Saratus Sarebu Tilu Tilu ratus Sakeupeul Dua keupeul 25 keupeul
Saranggeong
Opat beungkeut
Saton
Sapuluh ton
Nama abdi Acuk maneh Tangkal kayu Irung maneh Suku Ali Embe emang
Sirah Amir Ngomongkeun batur Ngagogoreng batur Imah bibi Imah Paridi
Ali dibere duit ku mamang Naon nu di beuli ku maneh? Naon maneh geus ka Jakarta? Bapa masihan artos sapuluh rebu rupiah Kumaha carana nyieun peuyeum? Sabaraha harga madu sabotol? Lamun maneh indit? Di lembur teu aya listrik
Maneh dibelikeun baju ku indung Maneh rek dijieunkeun imah anyar Maneh teu ilok dating kadieu Poe ieu halodo tarik, mungkin rek turun hujan Hujan turun nepika sore Ibu nembe dongkap ti Mataram
Ibu nuju tuang
Akang tos dongkap ti Mataram Lamun ngabantos ulah tanggung-tanggung Embe eta ampir paeh Iraha maneh rek dongkap ka bumi abdi Engkin abdi bade meser acuk sae Abdi dipasihan artos ku rama sapuluh rebu rupiah Abdi te tiasa dongkap mun turun hujan Abi nampuk buah
Saha nu dongkap tiheula di pasihan artos Mamang masihan artos ka Ali |
BAB 6
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami laksanakan, maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat beberapa persamaan dan perbedaan, baik dalam tataran fonologi, morfologi, leksikon, maupun sintaksis. Namun, dalam penelitian ini kami titik beratkan pada analisis perbedaan leksikon bahasa Sunda dari tiga daerah penelitian yang meliputi: desa Padarincang, Ciomas dan Citasuk kecamatan Padarincang. Dari 843 kosakata dasar swadesh yang kami pupu dari pembahan pada setiap daerah, kami memperoleh 603 perbedaan leksikon, dan 240 buah leksikon yang sama pada tiga daerah penelitian tersebut. Namun, salah satu dari tiga daerah penelitian tersebut yaitu desa Citasuk pada kesehariannya masyarakatnya bilingualisme. Sebab di daerah tersebut berkembang dua bahasa daerah, yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa, dialek Banten.
Bentuk pemetaan bahasa Sunda dialek Serang di daerah yang kami teliti menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan. Persamaan tersebut meliputi seluruh wilayah penelitian, maupun sebagian. Begitu pun dengan perbedaan yang terjadi. Ada yang meliputi seluruh daerah atau dengan kata lain setiap desa memiliki leksikon atas referennya masing-masing. Ada pula perbedaan yang hanya meliputi dua daerah saja. Terlebih lagi pada desa Citasuk yang memiliki dua atau lebih leksikon dalam satu referen, sebab di daerah tersebut bahasa Sunda dan bahasa Jawa dialek Serang sama-sama berkembang dan mendominasi. Dari hasil perhitungan statistik menggunakan dialektometri, kami menyimpulkan bahwa perbedaan yang terjadi terdapat dalam tataran dialek.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar. 1985. Berbagai Mazhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung, Angkasa.
Ayatrohaedi, 1983. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta, Depdikbud.
LBSS. 1990. Kamus Umum Bahasa Sunda. Bandung, Tarate.
Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis; Sebuah Pengantar. Jogjakarta, UGM Press.
Yos Fernandez, Inyo. 1994. Dialektologi Sinkronis dan Diakronis.
Lalu Ari Irawan said,
21 Desember 2009 pada 06:07
Terima kasih sudah mau berbagi ilmu… Saya menjadi ingin tahu lagi tentang studi mengenai dialek. Saya ingin menanyakan sebuah teori analisa bahasa yang disebut TEORI PEMAHAMAN TIMBAL BALIK (Mutual Integibellity) yang dirumuskan oleh Voeglin dan Haris. Yang ingin saya tanyakan, pernahkah Anda membaca teori tersebut, saya sangat berharap bisa mendapatkan buku aslinya serta turunan penelitian yang berlandas pada teori tersebut. Alasannya, saya juga tertarik melakukan penelitian paradoksial mengenai pembagian dialek.
Atas tanggapannya saya ucapkan terima kasih.
Lalu Ari Irawan
Surabaya
frengki said,
6 November 2010 pada 08:17
makacihhhhhhhhhh……bangetzzzzzzzzzzzzz……….berguna banget untuk tugas dari dosen……..