Aku bukan anak yang dikutuk zaman

Aku bukan anak yang dikutuk zaman

oleh Dheka Dwi Agusti N.

Aku bukan anak yang dikutuk zaman

Dari rindu yang tak tertuang dalam kata

Boleh aku menyapamu

Aku ini anak yang lahir dari rahim ibu pertiwi

Yang menangis dalam pelukan bumi

Aku ini anak yang dibesarkan zaman

Tanpa peradaban

Aku ini anak yang tumbuh dipupuki

Sumpah serapah para biduan negri

Aku manusia karbitan waktu

Aku ini anakmu

Tapi tak seorangpun mengaku pernah melahirkanku

Dan sialnya aku tak bisa mengadu

Tuhan

Aku hanya ingin negeri ini mengerti

Bahwa anak-anaknya sangat rindu

Tuhan

Bangunkan aku dari tidurnya para penyihir negeri

Jangan biarkan kami mati sia-sia lagi

Jerit, tangis, sakit, ronta, dan luka ini

Siapa mau dengar?

Tuhan

Katakan bahwa aku bukan anak yang dikutuk zaman!

23 Juli 2007

Jangan Bilang Aku Nakal

Jangan Bilang Aku Nakal

Oleh Dheka Dwi Agusti N.


Orang bilang aku nakal

Ibu bilang aku tak mau diam

Mata orang-orang sering melotot ke arahku

Jari telunjuk mereka simpan di depan mulut

Kemudian

SSsssttt…

Huh..

Padahal aku tak nakal

Aku hanya senang berlari, berputar-putar, dan loncat-loncat

Lalu naik-naik kalau ada tiang

Tapi aku bisa mengerjakan tugasku sampai selesai

Lalu orang bilang “Bagus-bagus!”

Ya, baguskan?

Lalu kenapa kalian lebih suka menyebut aku nakal?

Kenapa bagusnya tak pernah diomeli tapi nakalnya sering disebut?

15 Oktober 2007

Belajar dari Pengamen

Belajar dari Pengamen

oleh Dheka Dwi Agusti N.

Belajar permisi

Belajar bernyayi

Belajar berdiri di terik matahari

Belajar mencari rizki

5 Pebruari 2007

Bapak tua itu adalah Bapakku juga

Bapak tua itu adalah Bapakku juga

Oleh Dheka Dwi Agusti N.

Sayang, kau lihat Bapak tua itu

Ia yang duduk di samping roda tua

Dengan napas yang terengah-engah

Rupanya dia kelelahan mendorong gerobaknya

Gerobak besar yang penuh sampah.

Kenapa dia sendiri?”

Kemana anak-anaknya?”

Kemana keluarganya?”

Sayang, kita inilah keluarganya

Bukankah kita lahir dalam jalur darah yang sama

Keturunan Adam.

Jadi…

Bapak tua itu adalah Bapakku juga

24 Nopember 2007

Presidenku banyak

Presidenku banyak

oleh Dheka dwi Agusti N.

Umurku baru 10 tahun

Dan kata Ayah

presiden kita sudah berganti 5 kali

29 mei 2008

LARON

LARON

oleh Dheka Dwi Agusti N.

Berputar-putar mengitar putar

Mengaktifkan seluruh otot di tubuhnya

Terus berputar, mencoba lagi

Berdiri dan berusaha terbang

Ia mengepakkan sayap kecilnya untuk sekadar berdiri

Agar setelah berdiri bisa berlari

Terbentur tembok

Kejeduk lantai

Coba lagi, terus berputar lagi

Angkat tubuhmu lagi, Teman..

Ayo, perlahan, gerakkan.

Ya, coba lagi.

Jangan menyerah, kau pasti bisa!

Omku bilang katanya kau akan mati malam ini

Tapi tak perlu kau pedulikan

Nyatanya kau masih bisa berdiri

Dan berbuat untuk saat ini

Perkara nanti biar Tuhan yang menghendaki.

4 Desember 2007

Jangan dulu hujan

Jangan dulu hujan

oleh Dheka Dwi Agusti N.

Tuhan, ikat dulu awanmu

Jangan biarkan hujan turun dulu

Sebentar saja

Sampai ayah pulang kerja

Sampai di rumah

27 mei 2008

Betadin dan Hansaplas

Betadin dan Hansaplas

oleh Dheka Dwi Agusti N.

Kemarin aku jatuh di jalan waktu mau ke rumah teman

Malu rasanya

Dua kali

Dan ibu-ibu menertawai

Bukan cuma malu

Tapi juga berdarah

Aku diobati pakai betadin, setetes.

Lalu ditutup pakai plester hansaplas seribu tiga

Akupun berhenti menangis.

Ada yang menangis juga diujung sana, apa ia juga terjatuh sepertiku

Bukan, ia menangis ditinggal ibu.

Kawan, apa kau juga terluka?

mau kuteteskan betadin?

Atau mau juga kupasangkan hansaplas?

Tapi bagaimana caranya?

Bagaimana kalau kita cari ibumu

Kita tanya saja pada ibumu

Bagaimana cara memakai betadin dan hansaplas di hatimu

9 Februari 2007

Aku berhutang banyak padamu

Aku berhutang banyak padamu

oleh Dheka Dwi Agusti N.

Aku berhutang banyak padamu

Aku berhutang pada angin

Angin yang selalu bisikkan bahwa hari ini indah

Aku berhutang pada mentari

Mentari yang menemaniku ke sekolah pergi jalan kaki

Aku berhutang pada pohon

Pohon yang melindungiku ketika dicegat musuh sepulang sekolah

Aku berhutang pada sore

Sore yang mengganti langit terang menjadi gelap

Aku berhutang pada malam

Malam yang mengatupkan mataku dan memimpikan dunia yang belum pernah kukunjungi

Aku berhutang pada fajar

Aku berhutang pada embun

Aku berhutang pada semesta

Aku berhutang pada sang pencipta

Sujudku memohon agar aku dapat berhutang lagi esok hari.

3 maret 2008

Aku dan Hujan adalah Teman

Aku dan Hujan adalah Teman

oleh Dheka Dwi Agusti N.

aku dan hujan adalah teman

Gerimis yang merayu pohon

Dan aku yang bermanja pada awan

Lihat pelangi itu

Adalah dawai

dengar gemercik itu

Adalah resonansi

Aku dan hujan adalah teman

Yang menyatu dalam alam

Alam yang bermanja pada Tuhan

23 Des 2007

Ayah Ibu

Ayah Ibu

oleh Dheka Dwi Agusti N.

Ibu belikan aku pulpen dan pensil baru

Pulpen yang kemarin sudah habis, pensilnya juga sudah kecil

Ayah belikan aku buku tulis baru

Buku tulis yang kemarin sudah penuh kutulisi cerita baru

Ibu belikan aku buku bacaan baru

Buku bacaan yang kemarin sudah tamat kubaca lima kali

Ayah belikan aku buku yang kemarin baru saja kubeli

Buku itu aku sangat suka tapi sudah lecek tergilas badanku setiap malam

Ibu belikan aku kain sprei baru untuk kasurku

Kain spreiku sudah penuh corat-coret pensil dan tinta pulpen yang tak hilang walau sudah dicuci.

Ayah, ibu, biarkan setiap malam aku tidur bersama mereka

Mereka semua bilang senang bisa menemaniku

Meski kadang mereka protes dan teriak-teriak kalau aku menindihnya ketika tengah malam tiba

Pagi-pagi lalu kulihat mereka sepertinya pegal-pegal

Ada yang menggulung, terlipat-lipat, bahkan sobek.

Maafkan aku kawan

Tadi malam pasti aku menindihmu lagi

4 Juni 2008

Rumah Binatang

Rumah Binatang

oleh Dheka Dwi Agusti N.

Rumah Binatang Dheka

Tiket masuk bayar 500

Kertas pengumuman itu kutempel di kaca depan rumahku

Tapi ibuku tak suka dan mencabutnya

Padahal maksudku ingin membantu ibu

Mencari uang untuk sekolahku yang mahal ini

Biar saja orang-orang datang, tapi mereka harus bayar 500

Lalu mereka bisa lihat tikus di rumah kita.

Ada juga kecoa, semut-semut di dinding, di meja makan

Ulat-ulat, juga ada yang sudah jadi kepompong,

Kucing-kucing yang suka beratraksi di atas genting

Cicak dan tokek di dinding kamarku, laba-laba yang sedang membuat sarang

Kalau malam ada banyak laron di bawah bohlam temaram di teras depan rumah, Ada nyamuk, ada lalat, ada juga kutu di rambut adikku dan di kepalaku,

Kita juga punya ikan di dalam toples untuk diperlihatkan, dia cantik,

ada juga cacing di dalam pot kembang ibu

banyak bukan binatang di rumah kita?

4 Juni 2008

Wisata ke Kebun Binatang

Wisata ke Kebun Binatang

oleh Aldika Restu Pramuli

Hari Minggu,

Langit cerah tak ditemani mendung

Ayah mengajakku berwisata ke kebun binatang

Lihat,

Ada buaya bermulut seram

Ular melilit menjepit mangsa

Jerapah melenggak-lenggok dengan lehernya yang panjang

Ada panda dari Cina

Ada pula kera yang jenaka

Sang harimau si raja hutan pun ada dari Sumatera

Kanguru si hewan kantong datang jauh dari benua Australia

Semua punya keunikan

Wisata ke kebun binatang amat menyenangkan

Bintang Kejora

Bintang Kejora

oleh Aldika Restu Pramuli


Telah kian lama berdiri di langit

Menghiasi malam-malam nan gulita

Bersinar terang

Kerlap-kerlip sungguh menawan

Namanya kejora,

Bintang kecil centil yang selalu mengerdipkan mata indahnya

Mengerdipkan cahaya tubuhnya

Padaku, sang gadis kecil

Pelangi

Pelangi

oleh Aldika restu Pramuli

Hujan baru saja pergi

Langit seperti lahir kembali

Di birunya

Semburat warna-warna hadir

Melengkung cantik menghias langit

Mengantarkan peri-peri mandi di bumi

Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, menyatu dalam satu;

Pelangi

« Older entries Newer entries »